Beliau adalah anggota dari sekte
Sabian—kelompok penyembah bintang. Pada zamannya, sekte ini telah melahirkan
sederet astronom dan matematikus berkualitas. “Sekte ini memiliki hubungan yang
kuat dengan Peradaban Yunani, sehingga mengadopsi kebudayaannya,” papar
O’Connor dan Robertson. Ketika Islam berkembang makin meluas, sekte Sabian yang
awalnya berbahasa Yunani akhirnya berada dalam kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Perlahan namun pasti, anggota sekte Sabian pun mulai memeluk Islam. Mereka pun
mulai menggunakan bahasa Arab mengganti bahasa Yunani.
Thabit telah memperlihatkan kecerdasannya
sejak kecil dan juga ketika beliau masih belajar / menimba ilmu. Ia menguasai bahasa Arab, Yunani, dan
Syriac. Ada beberapa catatan
sejarah yang mengatakan bahwa Tsabit ketika muda adalah seorang pedagang penukaran mata uang, Thabit mewarisi kekayaan
keluarga besar dan pasti berasal dari keluarga berada dan berpengaruh di
komunitasnya.
Ketika Thabit hijrah
ke suatu daerah yang dikenali sebagai Kafrutuma. Di sana, beliau bertemu dengan
seorang ilmuwan terkemuka
dari Baghdad,
yaitu Muhammad
Ibnu Musa ibnu Shakir yang ketika itu sedang berkunjung ke Harran. Ibnu
Musa sungguh terkagum- kagum dengan pengetahuan bahasa yang dikuasi Thabit
muda. “Sungguh seorang anak muda yang sangat potensial,” cetus Ibnu Musa. Sang
ilmuwan pun kemudian menyarankan agar Thabit hijrah ke Baghdad— kota metropolis
intelektual. Ibnu Musa memintanya agar mau belajar matematika pada dirinya dan
saudaranya. Tawaran itu tak disia-siakan Thabit. Ia pun hijrah meninggalkan
tanah kelahirannya untuk menimba ilmu matematika dan belajar kedokteran Bait al-Hikmah yang berada di kota Baghdad.
Setelah menamatkan pendidikannya, dia sempat
kembali ke kota kelahirannya, Harran. Sayangnya, dia harus berhadapan dengan
pengadilan lantaran pemikirannya yang dianggap berbahaya. Guna menghindari
hukuman, Thabit meninggalkan Harran dan diangkat
menjadi astronom pengadilan di Baghdad. Thabit
pun mendapatkan perlindungan dari Khalifah
Al-Mu’tadid—salah seorang khalifah Abbasiyah yang terkemuka yang memerintah pada tahun 892–902 M—karena beliau sudah mengetahui
kemampuannya dalam berbagai bidang termasuk bidang astronomi.
Thabit
juga menemukan cara
menghitung al-a’daad al-mutahabbah yang dikenal dengan nomor damai atau bilangan
bersahabat, iaitu
angka-angka yang jumlah pembahagiannya sama dengan yang lain. Bahkan beliau
telah memberikan langkah penyelesaian teknik terhadap sebahagian jenis
persamaan.
Matematikus Muslim yang dikenal dengan panggilan Thebit
itu juga merupakan salah seorang ilmuwan Muslim terkemuka di bidang
Geometri. Salah satu karya Thabit yang fenomenal di bidang geometri
adalah bukunya yang berjudul The composition of Ratios ( Komposisi
rasio). Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara aritmatika dengan
rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui penemuan ilmuwan Yunani
kuno dalam bidang geometri.
Thabit telah menjadikan ilmu matematika sebagai alat
untuk menemukan ilmu-ilmu lain yang saling menyempurnakan di antara satu sama
lain.
Termasuk dalam karyanya tadi The
composition of Ratios ( Komposisi rasio) yang merupakan
pengaplikasian dari konsep yang pernah ia tulis yaitu dari teori bilangan.
Salah satu penemuan penting yang diwariskan Thabit
Ibnu Qurra bagi peradaban manusia modern adalah teori bilangan bersahabat
(amicable number). Yakni, pasangan bilangan yang mempunyai sifat unik; dua
bilangan yang masing-masingnya adalah jumlah dari pembagi sejati bilangan
lainnya.
Bilangan
bersahabat atau dikenal dengan Amicable number merupakan dua buah bilangan yang
berbeda, yang mana bilangan kesatu merupakan penjumlahan dari bilangan-bilangan
pembagi bilangan kedua, begitu juga sebaliknya. Konsep ini mirip dengan perfect
number yang mana suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan dari
bilangan-bilangan pembaginya. Contoh dari perfect number adalah bilangan 6 yang
merupakan penjumlahan antara 1, 2, dan 3.
Contoh amicable number yang
paling kecil adalah bilangan 220 dan284. Sekarang kita
buktikan bahwa kedua bilangan itu adalah amicable number
Pembagi-pembagi dari bilangan 220 adalah1,2,4,5,10,11,20,22,44,55,
dan 110. Kita jumlahkan pembagi-pembagi tersebut :
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
Pembagi-pembagi dari bilangan 284 adalah 1,2,4,71 dan 142.
Kita jumlahkan pembagi-pembagi tersebut :
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Terbukti kan!!!
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Terbukti kan!!!
Beberapa contoh amicable number yang lain adalah (220, 284), (1184,
1210), (2620, 2924), (5020, 5564), (6232, 6368), dst
Thabit dalam kitabnya, Al-A’dad
Al-Mutahabbat, mengemukakan rumus/cara untuk mencari amicable number.
Bunyi dari rumus tersebut atau dikenal dengan nama Teorema Thabit adalah
:
Jika p,q, dan r merupakan bilangan-bilangan prima yang memenuhi
persamaan :
p = 3 × 2(n-1)-1
q = 3 × 2n-1
r = 9 × 2(2n-1)-1
dengan n bilangan bulat > 1 maka. p, q, dan r adalah bilangan prima. Sedangkan, (2^n)pq dan 2^r merupakan amicable number (sepasang bilangan bersahabat). Rumus ini menghasilkan pasangan bersahabat (220; 284), sama seperti pasangan (17296, 18416) dan pasangan (9363584; 9437056). Pasangan (6232; 6368) juga bersahabat, namun tak dihasilkan dari rumus di atas.
p = 3 × 2(n-1)-1
q = 3 × 2n-1
r = 9 × 2(2n-1)-1
dengan n bilangan bulat > 1 maka. p, q, dan r adalah bilangan prima. Sedangkan, (2^n)pq dan 2^r merupakan amicable number (sepasang bilangan bersahabat). Rumus ini menghasilkan pasangan bersahabat (220; 284), sama seperti pasangan (17296, 18416) dan pasangan (9363584; 9437056). Pasangan (6232; 6368) juga bersahabat, namun tak dihasilkan dari rumus di atas.
Teori bilangan bersahabat yang
dikembangkan Thabit juga telah menarik perhatian matematikus sesudahnya. Abu
Mansur Tahir Al-Baghdadi (980 M-1037 M) juga turut mengembangkan teori bilangan
ini. Selain itu, matematikus Al Madshritti (wafat 1007 M) juga tertarik
mengembangkannya. Ilmuwan Muslim lainnya yang mengembangkan teori itu adalah
Al-Farisi (1260 M-1320 M).
[http://suara-mukmin.blogspot.com]